BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pada saat ini manusia
mulai kesadaran tinggi untuk melakukan berbagai macam cara merawat
pakaiannya mulai dari mencuci pakaian, mensetrika hingga memberinya pelembut
pakaian. Kini kebutuhan akan pelembut pakaian juga semakin tinggi hal ini
sebanding dengan laju peningkatan penduduk serta kesadaran mereka untuk
merawat pakaiannya.
Disamping itu pertumbuhan industri pelembut pakaian semakin pesat karena
berbagai lapisan masyarakat mulai tingkat menengah kebawah hingga tingkat
menengah keatas sudah mengenal dan memanfaatkan pelembut pakaian. Di
Indonesia sendiri telah banyak beredar macam-macam pelembut pakaian dengan
berbagai tambahan keunggulan seperti mengurangi kerutan pada pakaian, membuat
warna pakaian tidak pudar, membuat pakaian mudah disetrika, memiliki pengharum
aromatherapy, mengurangi air dengan sekali bilas bahkan semua hal itu bisa
didapatkan hanya dengan penggunaan kurang dari 50 ml pelembut pakaian.
Sejalan dengan hal tersebut kami melalui praktikum ini mencoba melakukan
pembuatan Softener ( pelembut pakaian ) yang terbuat dari bahan baku antara lain
Supersoft, fixative, pengharum, pewarna dan air. Setelah itu produk yang dihasilkan
ini akan diuji kualitasnya agar produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan
produk yang ada dipasaran. Diharapkan dari kegiatan ini nantinya dapat menjadi
bekal praktikan untuk membuka usaha.
1.2 Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat mengetahui bahan pembuatan Softener ( pelembut pakaian ).
Mahasiswa dapat menganalisa hasil produk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Supersoft
Supersoft merupakan nama merek dagang untuk bahan kimia DTDMAC (Ditallow
dimethyl ammonium chloride). Supersoft adalah bahan baku utama untuk pembuatan
Softener pakaian atau pelembut pakaian. Bentuknya pasta putih kental. Larut dalam air
hangat. Pada pembuatan Softener, Supersoft tinggal dilarutkan didalam air hangat dan
diberi Parfum Khusus untuk Softener.
Supersoft atau DTDMAC termasuk dalam jenis surfaktan kationik.
Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus polar yang suka air (hidrofilik) dan
gugus non polar yang suka minyak (lipofilik) sekaligus, sehingga dapat mempersatukan
campuran yang terdiri dari minyak dan air. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan,
yang bekerja menurunkan tegangan permukaan cairan, sifat aktif ini diperoleh dari sifat
ganda molekulnya. Bagian polar molekulnya dapat bermuatan positif, negatif ataupun
netral, bagian polar mempunyai gugus hidroksil semetara bagian non polar biasanya
merupakan rantai alkil yang panjang. Surfaktan pada umumnya disintesis dari
turunan minyak bumi dan limbahnya dapat mencemarkan lingkungan, karena sifatnya
yang sukar terdegradasi, selain itu minyak bumi merupakan sumber bahan baku yang
tidak dapat diperbarui
2.2 Parfum
Parfum atau minyak wangi adalah campuran minyak esensial dan senyawa
aroma, fiksatif, dan pelarut yang digunakan untuk memberikan bau wangi untuk
tubuh manusia, obyek, atau ruangan. Jumlah dan tipe pelarut yang bercampur dengan
minyak wangi menentukan apakah suatu parfum dianggap sebagai ekstrak parfum.
Minyak parfum perlu diencerkan dengan pelarut karena minyak esensial/murni
(baik yang alami ataupun sintetis) mengandung konsentrat tinggi dari komponen volatil
yang mungkin akan mengakibatkan reaksi alergi dan kemungkinan cedera ketika
digunakan langsung ke kulit atau pakaian. Pelarut juga menguapkan minyak esensial,
membantu mereka menyebar ke udara.
Sejauh ini pelarut yang paling umum digunakan untuk pengenceran minyak parfum
adalah etanol atau campuran etanol dan air. Minyak parfum juga dapat diencerkan
dengan cara menetralkan bau lemak menggunakan jojoba, minyak kelapa difraksinasi
atau lilin.
2.3 Fixative
Fixative berfungsi sebagai perekat atau pengawet aroma, fixative juga berfungsi
sebagai penetral cairan kimia karena di dalam fixative yang berfungsi atau berefek tidak
menimbulkan iritasi pada kulit, Fixative juga tidak membuat warna pakaian menjadi
kusam, biasanya Fixative tidak dijual bebas. Jenis Fixative banyak macamnya dan
banyak negara yang memproduksinya.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan Percobaan
3.1 Alat
Beaker glass 1000 ml 2 buah
Beaker glass 250 ml 1 buah
Gelas ukur 25 ml 1 buah
Sendok plastik 1 buah
Pipet tetes 1 buah
3.2 Bahan
Supersoft 320 gram
Parfum 6 cc
Fixative 6 cc
Warna 1 tetes
Air 80cc
BAB IV
PEMBAHASAN
- PH softener
pH softener yang dihasilkan dari pratikum kelompok kami dengan nilai
7. Hal tersebut sudah sesuai dengan SNI 06.4903.1998 dimana nilai ph 2,0-7,5.
Apabila softener dengan pH netral dapat membuat kondisi pencucian
mempermudah mencakup terhadap permukaan kain (Haryo bagus handoko,
2009). Yang mempengaruhi pH yaitu supersoft. Jika supersoft di tambahkan
banyak air maka pH menjadi netral karena sifat supersoft yang asam dapat
mengikat ion air.
- Tekstur softener
Tekstur yang dihasilkan softener halus dan licin. Hal tersebut
menandakan proses pencampuran bahan softener bereaksi secara sempurna tidak
ada gumpalan. Untuk melarutkan semua bahan sebaiknya saat penambahan air
dengan supersoft gunakan air hangat sekitar suhu kurang lebih 40ºC-45ºC untuk
melarutkan supersoft. Karena dengan air hangat dapat lebih cepat larut karena
semakin tinggi suhu larutan, semakin cepat reaksi berlangsung sesuai dengan
laju reaksi (herursdwn, 2012).
- Viskositas softener
Viskositas yang dihasilkan softener sedikit kental (encer). Hal tersebut
dikarenakan penggunaan zat pelarut (air) yang terlalu banyak menyebabkan
produk kurang kental, dengan bahan utama softener yaitu super soft 310 gram
dan air sebanyak 90 ml. Akan tetapi kekentalan pada softener tersebut tidak
mengurangi fungsi softener itu sendiri. Untuk mendapatkan kekentalan softener
yang sesuai, penambahan air digunakan untuk melarutkan supersoft seharusnya
tidak terlalu banyak namun tetap dalam jumlah perbandingan yang ideal.
- Massa softener
Massa softener yang dihasilkan sebanyak 401 gram. Hasil massa tersebut
gabungan dari bahan softener yaitu supersoft, air, fixative, parfum, pewarna dan
methanol. Massa softener saat pratikum sudah sesuai jika dihitung dengan
komponen. Sehingga pembuatan softener tidak ada massa yang terbuang.
- Warna softener
Pewarnaan softener berwarna merah muda. Warna yang dihasilkan tidak
terlalu mencolok. Dalam pemberian pewarna hanya menggunakan beberapa
tetes kedalam adonan softener. Pewarnaan softener berfungsi sebagai pemenarik
penampilan softener.
- Aroma softener
Aroma yang dihasilkan adalah aroma ocean fresh . pewangi ini sangat
lembut serta dapat meninggalkan aroma yang tahan lama pada serat kain. Aroma
ini juga dapat menarik minat konsumen karena aromanya yang cukup segar
(pauline liongsari,2013). Softener selain untuk melembutkan pakaian juga
sebagai pengharum pakaian. Aroma parfum softener dapat tahan lama melekat
pada pakaian. adanya Fixative yang berfungsi sebagai mengikat dan pengawet
parfum itu sendiri kedalam serat kain (deinprast,2012).
DAFTAR PUSTAKA
Deinprast, 2012. Laundry Chemicals.http://deterjennasional.com/product-
list/softener (Diakses September 2016)
Fessenden & Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Haryo bagus handoko, 2009. Laundry Chemicals. Medan : Universitas Sumatera
Utara
Herursdwn, 2012.http://id.wikipedia.org/wiki/parfum,SLS,NatriumSulfat,Air
(diakses November )
SNI 06-4903-1998. Standar Mutu Pelembut Pakaian. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
Pauline,liongsari,2013.www.zyzaethanolchemical.com/product/fixative/(diakses
Desember 2015).